Oleh : Mbajeng BMG, SPd
Di sini saya bukan mau mendahului
takdir, tapi sekedar mau mendongeng ilmiah dengan sedikit racikan bumbu agama
yang dipadukan dengan ilmu kebumian dalam mengupas sebuah misteri yang cukup
actual di kalangan pemerhati alam. Hehe.. Jika dicermati judul di atas, mungkin
orang awam akan balik bertanya “apa mungkin Pulau Jawa bisa tenggelam”?. Orang
akan menjawab skeptis, “ah ga mungkin”.
Namun jika kita berpijak pada pendapat para ahli kebumian (geologi) tentu judul
di atas bukan sekedar omong kosong atau pertanyaan fiksi yang hanya bisa
dijawab dengan ungkapan fiktif. Karena alasan logis empiric yang mendukung
adanya sebuah perkiraan mengenai hal di atas sudah cukup kuat, meskipun
bukti-bukti empirik masih belum sepenuhnya kuat dan akurat, Ok, saya mencoba
menggali beberapa sumber baik dari nash Qur’an maupun dari sumber lain yang
relevan untuk menjawab persoalan pada judul di atas..
Allah SWT berfirman dalam [QS
Ar-Rald (13):4] yang artinya “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang
berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang
bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami
melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang
rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berfikir”.
Ayat ini sangat jelas
menginformasikan tentang adanya "plate tectonic", yakni adanya
lempengan-lempegan samudra dan lempengan-lempengan benua yang berdampingan.
Kebun-kebun dan pohon-pohon mempunyai arti adanya daerah-daerah atau
tempat-tempat yang subur, dan ini terbukti di perbatasan pertemuan lempeng
samudra dan lempeng benua terbentuk barisan pegunungan berapi yang karenanya
tempat-tempat itu menjadi subur. Satu hal lagi, tidak akan lempengan-lempengan
itu menghasilkan gunung yang tanahnya subur tanpa adanya pergerakan dan
tumbukan di antara keduanya.
Dalam ayat yang lain, [QS An-Naml (27):88] “Dan kamu lihat
gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan
sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh
tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Ayat di atas memberikan kita
petunjuk bahwa bahwa bumi yang kita tempati ternyata bergerak sebagaimana
jalannya awan. Sementara Ilmu Kebumian & Sains memperkuatnya dengan
dibukukannya teori Lempeng Tektonik yang menegaskan bahwa benua maupun
gunung-gunung (berapi) memang bergerak, sejak semua benua masih menyatu
(pangea) pada sekitar 250 juta tahun lalu hingga kini.
Terbentuknya Pulau Jawa
Sekitar 70 juta hingga 5 juta tahun
yang lalu Indonesia terbentuk menjadi gugusan pulau yang ditumbuhi dengan gunung
gunung berapi, termasuk di dalamnya adalah Pulau Jawa. Proses terbentuknya
Pulau Jawa berlangsung dalam waktu yang sangat lama (evolusi) yakni sekitar 50
juta hingga 65 juta tahun). Secara struktural Jawa merupakan bagian dari busur
pulau yang terletak pada tepian lempeng daratan yang bertemu dengan kerak
lempeng lautan yang bergerak ke utara dibawahnya yang lebih dikenal dengan zona
subduksi. Berikut sejarah terbentuknya Pulau Jawa berdasarkan perhitungan masa
geologis :
1. Awal masa cretaceous,
Lempeng Indo-Australia bergerak ke utara dan Lempeng Pasific bergerak ke barat
yang menabrak (subduksi) masuk ke bawah Lempeng Eurasia. Tumbukan Mikro Daratan
Lolotoi dengan Dataran Sunda bagian tenggara menghasilkan komplek batuan
melange dengan pola arah timur laut memotong Laut Jawa saat ini,( Daly et al
1991)
2. Akhir masa
cretaceous, terbentuk basin yang teregang secara lokal dan dipengaruhi suatu
komponen wrench yang meluas secara lateral pada tumbukan tersebut.
3. Masa
paleo-eocene belakang busur terbentuk suatu rangkaian struktur halus yang
berarah timur barat.
4. Awal-pertengahan
masa miocene, beberapa bagian zona ini mengalami pengangkatan menghasilkan
suatu bentukan yang disebut dengan “Central High”.
5. Masa
Miocene akhir terjadi kompresi utara selatan yang disebabkan pengangkatan dan
pembalikan di sepanjang patahan dari half graben sehingga membentuk struktur
antiklin muda. Pengangkatan berlanjut hingga sekarang dengan terbentuknya
rangkaian pulau yang memotong dari timur ke barat.
Jika melihat kenampakan morfologi, Pulau
Jawa dahulunya adalah lautan, hal ini dibuktikan di pesisir selatan Pulau Jawa
terdapat banyak gunung kapur dan batuan gamping (endapan marine/laut) yang
membujur dari barat hingga ke timur Pulau Jawa. Perlu pembaca ketahui bahwa
gunung/batuan gamping merupakan endapan laut (bekas koral) yang seringkali
ditemukan fosil-fosil binatang laut. Kemudian sekitar tahun 20 juta tahun SM,
zona tumbukan lempeng Australia dengan lempeng Asia terkunci dan menyebabkan
menunjamnya lempeng Australia dibawah lempeng Asia. Penunjaman ini berlangsung
hingga sekarang dan menyebabkan munculnya gunung-gunung api sebelah selatan
Pulau Jawa yang kemudian diikuti oleh proses pengangkatan lempeng Asia dan
keluarnya material-material dari gunung berapi, yang akhirnya terbentuklah
Pulau Jawa seperti sekarang ini.
Terbelahnya Pulau Jawa
|
Warna merah adalah gempa dangkal
dengan kedalaman 0-69 Km, warna hijau = gempa dalam dengan kedalaman pusat
gempa antara 70-300 Km. Sedangkan bulat warna biru menunjukkan titik pusat
gempa dengan kedalaman 300-700 Km. Selama ini direkam gempa-gempa yang terjadi
di Pulau Jawa adalah getaran-getaran akibat pergerakan lempeng, dimana
penunjaman lempeng ini diperkirakan tidak lebih dari 700 Km. Jika diperhatikan,
gempa-gempa di Pulau Jawa berada pada warna hijau dan tidak terlalu sering
terjadi (jika dibandingkan dengan Maluku, Sulut dan Pilipina). Jika gempa-gempa
yang terjadi di Pulau Jawa bersifat dalam maka dimungkinkan Jawa akan sulit
terbelah, meskipun kekuatan gempa mencapai di atas 5 SR. Jadi,
indicator-indikator yang mengarah pada terjadinya pembelahan Pulau Jawa belum
bisa diterima sebagai sebuah fakta yang akan terjadi.
Pulau Jawa Tenggelam??
Jika Pulau Jawa sulit terbelah, mungkinkah Pulau Jawa bisa
tenggelam. Untuk menjawabannya mari kita lihat dahulu peta geologi di bawah ini :
Kedalaman akar
(root) lempeng benua dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang diturunkan
dari hukum Pascal & hukum Archimedes sbb:
Kedalaman
Lempeng Benua = (ρ1 X h)/( ρ2 - ρ1)
ρ1 = Densitas
Lempeng Benua =2.8 gram/ccρ2 = Densitas Lempeng Samudra = 3.3 gram/cc
h = Ketinggian
puncak benua dari permukaan laut (meter atau km).
Jika
ketinggian lempeng Eurasia sekitar 2 km
di atas permukaan laut, maka benua itu ”tertanam” / ”terpasak” ke dalam lempeng
samudra sedalam : (2.8 gram/cc X 2 km)/(3.3 – 2.8) gram/cc = 11.2 km
Dari peta di atas dapat dijelaskan
bahwa terdapat pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia yang
menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur gunung api
Sumatera, Jawa dan Nusatenggara dan berbagai cekungan seperti Cekungan Sumatera
Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan Jawa Utara.
Pergerakan lempeng Indo Australia
yang menunjam lempeng Eurasia memiliki kecepatan yang bervariasi (tergantung
lokasinya) yakni 1 sampai dengan 10
cm/tahun. Jika hal ini berlangsung hingga 50 -70 juta tahun yang akan datang
besar kemungkinan akan ada perubahan pada fisik Pulau Jawa. Lalu bisakah
perubahan itu menimbulkan tenggelamnya Jawa??...
Allah SWT berfirman dalam surat
Al-Anbiya 21:31 yang artinya
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi
itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu
jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk”
Di ayat lain Allah SWT juga
berfirman
“Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,” [QS An-Naazi’at (79):32]
“Dan gunung-gunung sebagai pasak ?, [QS An-Nabaa’ (78):7]
Ke 3 ayat di atas member kita
gambaran bahwa gunung-gunung diciptakan adalah sebagai paku/pasak sehingga
lempeng-lempeng yang saling bertumbukan, baik konvergen, divergen maupun
transform tidak berakibat pada terjadinya kegoncangan atau perubahan yang
berbuntut pada terjadinya penenggelaman benua..
Jika dicermati secara fisik, dari
barat hingga ke timur Pulau Jawa terdapat deretan gunung api yg tersebar cukup
banyak. Ini menjadi bukti, bahwa Pulau Jawa tidak akan tenggelam, karena
banyaknya aktivitas gunung berapi. Terkecuali jika bumi ini ditutup oleh Sang
Pencipta. Di lain pihak, ilmu kebumian menegaskan bahwa tumbukan lempeng hanya
berdampak pada terjadinya aktivitas magmatic, seperti terjadinya gempa,
aktivitas vulkanis, tsunami dan
terjadinya berbagai cekungan/basin jadi tidak berdampak pada penenggelaman
sebuah Pulau besar seperti Jawa. .
Dari paparan di atas, maka hemat
penulis, Pulau Jawa tidak akan tenggelam, terkecuali jika dunia ini berakhir.
Semoga kupasan saya tentang misteri terbelah & tenggelamnya Pulau Jawa bisa
menjadi pengetahuan buat para pembaca. Dan yang lebih penting lagi, masukan dan
kritik yang membangun, sangat saya harapkan….