Aku berjalan di antara debu-debu.
Melenggang tegap di awal waktu.
Siang dan malam berkawan dengan lagu
Bersenandung dengan rumput dan perdu.
Aku berlari mencari sesuap nasi.
Menutup hidup yang masih menyisakan sekian hari.
Meski matahari terus menyengat kulit kulit ari.
(27 Januari 2012)
Desah pagi...
Kicau burung, senandung padi dan gemericik air menyeret si Gembala dari pulau mimpi..
Nun jauh, hamparan bekal dan berbagai buah dari pohon ilmu telah menunggu buat dipetik.
Dengan senyum, bergegaslah..
Dengan riang, beranjaklah..
Dengan tenang, berjalanlah..
Dengan semangat, berlarilah..
Dengan do'a, hidupilah...
Nun jauh, hamparan bekal dan berbagai buah dari pohon ilmu telah menunggu buat dipetik.
Dengan senyum, bergegaslah..
Dengan riang, beranjaklah..
Dengan tenang, berjalanlah..
Dengan semangat, berlarilah..
Dengan do'a, hidupilah...
Menulis di ujung malam.
Merantai kata jelmakan kalimat,
Menyambut Pagi mengusir kelam.
Sekuntum senyum datang mengikat..
Merantai kata jelmakan kalimat,
Menyambut Pagi mengusir kelam.
Sekuntum senyum datang mengikat..
Duduk di waktu fajar.
Menghadap langit penuh selaksa.
Bintang berkerlip menyambur Sang Pijar.
Damai bersemayam di cakrawala
Menghadap langit penuh selaksa.
Bintang berkerlip menyambur Sang Pijar.
Damai bersemayam di cakrawala
AYAH..
Kubuka pintu masaku dulu.
Menerobos masuk hendak bertemu.
Mengecap rasa mengharukn rindu.
Ke belakang zaman badan terpaku.
Menerobos masuk hendak bertemu.
Mengecap rasa mengharukn rindu.
Ke belakang zaman badan terpaku.
Ku hadirkan jiwa penuh harap.
Memelukmu walau hanya sekejap.
Kubisikan do'a suci dalam senyap.
Agar terang mengubur gelap.
Memelukmu walau hanya sekejap.
Kubisikan do'a suci dalam senyap.
Agar terang mengubur gelap.
Memandang, tak kuasa menahan air mataku.
Melihat, bergetar jantung dan bibirku.
Kurangkum kisahmu di gudang qalbuku.
Dan ceritamu akan membunuh malasku.
Melihat, bergetar jantung dan bibirku.
Kurangkum kisahmu di gudang qalbuku.
Dan ceritamu akan membunuh malasku.
Perlahan kutinggalkn istana bawah sadarku.
Kini hrus kembali menutup pintu.
Sedihku bernyanyi, saat melepas waktu.
Dan kusebut namamu kuukir selalu..
Kini hrus kembali menutup pintu.
Sedihku bernyanyi, saat melepas waktu.
Dan kusebut namamu kuukir selalu..
Kaulah AYAHku dulu sampai akhir hayatku...
Ke mana AYAHKU..
Rintik hujan membasahi jiwa.
Langit resah batin gelisah.
Bersua bayang di bawah semboja.
Menjumpai ayah di tanah nan Merah..
Langit resah batin gelisah.
Bersua bayang di bawah semboja.
Menjumpai ayah di tanah nan Merah..
Puncak kehidupan ada batas.
Sebentar usia, kau nikmati dunia.
Kini, jiwamu terbang menuju alam lepas.
Menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sebentar usia, kau nikmati dunia.
Kini, jiwamu terbang menuju alam lepas.
Menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ku pandang nama di batu nisan itu.
Lama ku terdiam, sesak di dada ku tahan.
Teringat kembali kasih dan sayangmu dahulu.
Betapa besar kau hadirkan sgala pengorbanan.
Lama ku terdiam, sesak di dada ku tahan.
Teringat kembali kasih dan sayangmu dahulu.
Betapa besar kau hadirkan sgala pengorbanan.
Terduduk menunduk diantara daun dan rerumputan.
Mengalirlah Air mata yg menghancurkan gundahku
Ku panggil nama, ku sematkan do'a dan pujian.
Kemana kau sekarang wahai AYAHku..
Mengalirlah Air mata yg menghancurkan gundahku
Ku panggil nama, ku sematkan do'a dan pujian.
Kemana kau sekarang wahai AYAHku..
212
Sajadah dibentangkan.
Langit berselimut menaungi putih menyemut.
Dzikir menggema, doa2 dipanjatkan.
Satu harapan diadzankan.
Satu keinginan diteriakan.
Satu tempat dihamparkan.
Satu waktu dikorbankan.
Demi satu tujuan...
Langit berselimut menaungi putih menyemut.
Dzikir menggema, doa2 dipanjatkan.
Satu harapan diadzankan.
Satu keinginan diteriakan.
Satu tempat dihamparkan.
Satu waktu dikorbankan.
Demi satu tujuan...
Negeri Serambi
Ku interupsi sejenak canda tawa.
Menjinakkan pikir, mengarungi satu negeri.
ACEH kembali terkoyak.
Gempa bumi tlah meluluhlantakkn sendi kehidupn.
Air mata yg tlah kering, kini mengalir deras mengairi jiwa-jiwa anak negeri.
Jerit dan tangisan menjadi irama getir.
Bukan nyanyian yg hendak alam berikan.
Bukan pula serpihan azab yg diberikan kpd insan.
Mungkinkan ini sebuah tanda ???
Menjinakkan pikir, mengarungi satu negeri.
ACEH kembali terkoyak.
Gempa bumi tlah meluluhlantakkn sendi kehidupn.
Air mata yg tlah kering, kini mengalir deras mengairi jiwa-jiwa anak negeri.
Jerit dan tangisan menjadi irama getir.
Bukan nyanyian yg hendak alam berikan.
Bukan pula serpihan azab yg diberikan kpd insan.
Mungkinkan ini sebuah tanda ???
IBU....
Setebal cerita engkau berikan Cinta.
Sepanjang kisah engkau hilangkan Duka.
Kasih & sayangmu melebihi masa.
Pada anakmu yang tlah lupa...
Sepanjang kisah engkau hilangkan Duka.
Kasih & sayangmu melebihi masa.
Pada anakmu yang tlah lupa...
Saat malam tiba menyapamu.
Kau tinggalkan tidur & lelapmu.
Menghambakn diri pd Tuhanmu.
Kau alirkan do'a & air mata suci untukku.
Kau tinggalkan tidur & lelapmu.
Menghambakn diri pd Tuhanmu.
Kau alirkan do'a & air mata suci untukku.
Meski tubuhmu telah rapuh.
Keriput dikulitmu seakn membunuh.
Semangatmu tak pernah luluh.
Buat kebahagiaan anakmu.
Keriput dikulitmu seakn membunuh.
Semangatmu tak pernah luluh.
Buat kebahagiaan anakmu.
Kelembutanmu selalu menghiasi hari2ku.
Pengorbananmu selalu terbit setiap waktu.
Tak ada lelah dan lemas di jiwamu.
Semua itu hanya untuk Anakmu....
Pengorbananmu selalu terbit setiap waktu.
Tak ada lelah dan lemas di jiwamu.
Semua itu hanya untuk Anakmu....