SELAMAT DATANG DI BLOG-NYA MAS MBAJENG

Friday 23 December 2016

Tsunami Dalam Pandangan Sains dan Al Qur'an

Tsunami berasal dari bahasa Jepang, Tsu berarti pelabuhan dan Nami adalah gelombang ombak. Sehingga secara sederhana bisa diartikan sebagai gelombang ombak yang menghantam dan menerjang pelabuhan dalam hal ini adalah daratan. ..baca berikutnya
Karena mampu menerjang pelabuhan atau daratan, maka karakteristik gelombang ini cukup bahkan sangat dasyat.  Tsunami merupakan gelombang laut berperiode panjang yang terbentuk akibat adanya energi yang merambat ke lautan akibat gempa bumi, letusan gunung berapi dan runtuhnya lapisan-lapisan kerak bumi yang diakibatkan bencana alam tersebut di samudra atau di dasar laut, peristiwa yang melibatkan pergerakan kerak bumi seperti pergeseran lempeng di dasar laut, atau dampak tumbukan meteor. Ketika lantai dasar samudera berpindah tempat dengan kecepatan tinggi, seluruh beban air laut di atasnya terkena dampaknya.

Apa yang terjadi di lantai dasar samudera dapat disaksikan pengaruhnya di permukaan air laut, dan keseluruhan beban air laut tersebut, hingga kedalaman 5.000 – 6.000 meter, bergerak bersama dalam bentuk gelombang. Satu rangkaian bukit dan lembah gelombang itu dapat meliputi wilayah hingga seluas 10.000 kilometer persegi.

Penelitian menunjukkan bahwa tsunami ternyata bukan terdiri dari gelombang tunggal, melainkan terdiri atas rangkaian gelombang dengan satu pusat di tengah, seperti sebuah batu yang dilemparkan ke dalam kolam renang. Jarak antara dua gelombang yang berurutan dapat mencapai 500-650 kilometer. Ini berarti tsunami dapat melintasi samudra dalam hitungan jam saja. Tsunami hanya melepaskan energinya ketika mendekati wilayah pantai. Energi yang terbagi merata pada segulungan air raksasa menjadi semakin memadat seiring dengan semakin mengerutnya gulungan air tersebut, dan meningkatnya tinggi gelombang permukaan secara cepat dapat diamati.

Gelombang berketinggian kurang dari 60 cm di laut lepas kehilangan kecepatannya saat mendekati perairan dangkal, dan jarak antargelombangnya pun berkurang. Akan tetapi, gelombang yang saling bertumpang tindih memunculkan tsunami dengan membentuk dinding air. Gelombang raksasa ini, yang biasanya mencapai ketinggian 15 meter tapi jarang melebihi 30 meter, melepaskan kekuatan dahsyat saat menerjang pantai dengan kecepatan tinggi, sehingga menyebabkan kerusakan hebat dan menelan banyak korban jiwa.

Tsunami memindahkan lebih dari 100.000 ton air laut ke daratan untuk setiap meter garis pantai, dengan daya rusak yang sulit dibayangkan. (Gelombang tsunami terbesar yang pernah diketahui, yang melanda Jepang pada bulan Juli 1993, naik hingga 30 meter di atas permukaan air laut.) Tanda awal datangnya tsunami biasanya bukanlah berupa dinding air, akan tetapi surutnya air laut secara mendadak.

Allah SWT berfirman dalam Surat At Takwir  ayat 6 dan surat Al Infithaar ayat 3, yang artinya“ Dan apabila lautan dijadikan meluap” . Ke dua ayat tersebut bisa menjadi rujukan, jika tsunami memang ada di dalam Al Qur’an.

Kejadian Tsunami Dalam Sejarah

Gelombang-gelombang laut raksasa terbesar akibat gempa bumi yang tercatat dalam sejarah adalah sebagai berikut:

1)      Gelombang raksasa paling tua yang pernah diketahui akibat gempa di laut, yang diberi nama “tsunami” oleh orang Jepang dan “hungtao” oleh orang Cina, adalah yang terjadi di Laut Tengah sebelah timur pada tanggal 21 Juli 365 M dan menewaskan ribuan orang di kota Iskandariyah, Mesir.

2)      Ibukota Portugal hancur akibat gempa dahsyat Lisbon pada tanggal 1 November 1775. Gelombang samudra Atlantik yang mencapai ketinggian 6 meter meluluhlantakkan pantai-pantai di Portugal, Spanyol dan Maroko.

3)      27 Agustus 1883: Gunung berapi Krakatau di Indonesia meletus dan gelombang tsunami yang menyapu pantai-pantai Jawa dan Sumatra menewaskan 36.000 orang. Letusan gunung berapi tersebut sungguh dahsyat sehingga selama bermalam-malam langit bercahaya akibat debu lava berwarna merah.

4)      15 Juni 1896: “Tsunami Sanriku” menghantam Jepang. Tsunami raksasa berketinggian 23 meter tersebut menyapu kerumunan orang yang berkumpul dalam perayaan agama dan menelan 26.000 korban jiwa.

5)      17 Desember 1896: Tsunami merusak bagian pematang Santa Barbara di California, Amerika Serikat, dan menyebabkan banjir di jalan raya utama.

6)      31 Januari 1906: Gempa di samudra Pasifik menghancurkan sebagian kota Tumaco di Kolombia, termasuk seluruh rumah di pantai yang terletak di antara Rioverde di Ekuador dan Micay di Kolombia; 1.500 orang meninggal dunia.

7)      1 April 1946: Tsunami yang menghancurkan mercu suar Scotch Cap di kepulauan Aleut beserta lima orang penjaganya, bergerak menuju Hilo di Hawaii dan menewaskan 159 orang.

8)      22 Mei 1960: Tsunami berketinggian 11 meter menewaskan 1.000 orang di Cili dan 61 orang di Hawaii. Gelombang raksasa melintas hingga ke pantai samudra Pasifik dan mengguncang Filipina dan pulau Okinawa di Jepang.

9)      28 Maret 1964: Tsunami “Good Friday” di Alaska menghapuskan tiga desa dari peta dengan 107 warga tewas, dan 15 orang meninggal dunia di Oregon dan California.

10)  16 Agustus 1976: Tsunami di Pasifik menewaskan 5.000 orang di Teluk Moro, Filipina.

11)  17 Juli 1998: Gelombang laut akibat gempa yang terjadi di Papua New Guinea bagian utara menewaskan 2.313 orang, menghancurkan 7 desa dan mengakibatkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.

12)  26 Desember 2004: Gempa berkekuatan 8,9 pada skala Richter dan gelombang laut raksasa yang melanda enam negara di Asia Tenggara menewaskan lebih dari 156.000 orang.

Penyebab Tingginya Daya Rusak Tsunami

Menurut informasi yang diberikan oleh Dr. Walter C. Dudley, profesor oseanografi dan salah satu pendiri Museum Tsunami Pasifik, tak menjadi soal seberapa besar kekuatan gempa bumi, pergerakan lantai dasar samudra merupakan syarat terjadinya tsunami. Dengan kata lain, semakin besar perpindahan lempeng kerak bumi di lantai dasar samudra, semakin besar jumlah air yang digerakkannya, dan hal ini akan menambah kedahsyatan tsunami. Hal lain yang meningkatkan daya rusak tsunami adalah struktur pantai yang diterjangnya. Selain faktor seperti bentuk pantai yang berupa teluk atau semenanjung, landai atau curam, bagian dari pantai yang selalu berada di dalam air mungkin saja memiliki struktur yang dapat menambah kedahsyatan gelombang pembunuh.

Dalam pernyataannya lain, yang memperjelas bahwa tindakan pencegahan yang dilakukan tidak dapat dianggap sebagai jalan keluar sempurna, Dudley mengatakan bahwa Amerika dan Jepang telah mendirikan perangkat pemantau paling mutakhir di Samudra Pasifik, tapi seluruh perangkat ini memiliki tingkat kesalahan lima puluh persen!
Tanda-Tanda ZAMAN AKHIR

Bencana alam, yang tidak dapat dicegah menggunakan sarana teknologi atau tindakan penanggulangan dini, menunjukkan betapa tak berdaya manusia sesungguhnya.
Dari abad ke-20, yang ditengarai sebagai “abad bencana alam”, hingga kini, telah terjadi sejumlah bencana alam besar seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, angin tornado, badai, angin topan, angin puyuh, dan banjir, disamping tsunami, dan semua ini telah menimpakan kerusakan parah dan merenggut nyawa jutaan manusia. Ketika seseorang memikirkan fenomena luar biasa ini, dapat dipahami bahwa hal ini memiliki kemiripan dengan fenomena alam yang dinyatakan sebagai pertanda masa awal dari Zaman Akhir.

Menurut apa yang dinyatakan dalam hadits, Zaman Akhir adalah suatu masa yang akan datang menjelang terjadinya hari kiamat, dan ketika nilai-nilai Al Qur’an tersebar luas ke masyarakat. Tahap pertama dari Zaman Akhir adalah di kala manusia menjauhkan diri dari nilai-nilai ajaran agama, ketika peperangan semakin meningkat, dan fenomena alam luar biasa terjadi.

Demikianlah, di dalam sejumlah hadits, kota-kota dan bangsa-bangsa yang dilenyapkan dari lembaran sejarah dikabarkan sebagai tanda-tanda Zaman Akhir. Dalam hadits-hadits yang mengupas masalah tersebut Nabi kita menyatakan:

“Saat (Hari Akhir) tidak akan terjadi hingga … gempa bumi menjadi sering terjadi.” (Bukhari)

“Peristiwa-peristiwa besar akan terjadi di masanya [Imam Mahdi].” (Ibnu Hajar Haytahami, Al-Qawl al-Mukhtasar fi’alamat al-Mahdi al-Muntazar, h. 27)

Ada dua peristiwa besar sebelum hari Kiamat … dan kemudian tahun-tahun gempa bumi. (Diriwayatkan oleh Ummu Salamah (R.a.)

“Banyak peristiwa yang begitu menyedihkan akan terjadi di masanya [Imam Mahdi].” (Imam Rabbani, Letters of Rabbani, 2/258)

Di tahap kedua Zaman Akhir, Allah akan membebaskan manusia dari kebobrokan akhlak dan peperangan melalui Imam Mahdi. Di masa ini, yang dikenal sebagai Zaman Keemasan, peperangan dan pertikaian akan berakhir, dunia akan dipenuhi oleh kemakmuran, keberlimpahan dan keadilan, dan nilai-nilai ajaran Islam akan melingkupi bumi dan diamalkan secara luas. Masa seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya, dengan izin Allah, tetapi akan berlangsung sebelum hari kiamat. Tahap ini sekarang tengah menunggu saatnya yang ditentukan oleh Allah.

Tsunami Di Indonesia

Jika dilihat dari sudut pandang sains, seluruh wilayah Indonesia memiliki potensi gempa kecuali Kalimantan, yang acapkali disertai dengan terjadinya tsunami raksasa, seperti yang terjadi di Aceh pada tahun 2004. Tsunami yang melanda tidak kurang dari 11 negara itu, menewaskan seperempat juta manusia seketika.

Timbullah beberapa pertanyaan. Ada apa dengan bumi kita? Apakah Tuhan sedang marah karena dosa dosa yang telah kita perbuat? Ataukah memang karena kerusakan alam,hingga Mas Ebit G Ade harus berkicau menyuruh kita untuk bertanya pada “rumput yang bergoyang”? Ternyata setelah peristiwa gempa bumi dan tsunami di Aceh terjadi pula tsunami secara beruntun di daerah Pangandaran, Yogyakarta, Indramayu, Bengkulu, Mentawai dan yang terbaru di Sumatra Barat,

Para ahli kebumian telah mengetahui bahwa bumi ini terbagi menjadi lempeng-lempeng (plate) tektonik, yang saling bergerak dengan kecepatan 5-10 cm/tahun. Di Indonesia terdapat 3 lempeng besar yang saling berinteraksi, yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Interaksi ini menghasilkan serangkaian gunungapi aktif yang dikenal dengan “Ring of Fire” (cincin api).

Pergesekan/tubrukan antar lempeng tersebutlah yang menghasilkan gempa. Jalur gempa bumi di Indonesia pun selaras dengan cincin api ini. Jalur gempa melingkari sebelah selatan Indonesia sejajar dengan Kepulauan Mentawai dan Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, kemudian berbelok di Laut Banda hingga Halmahera.

Kondisi tektonik Indonesia tersebut, terbentuk melalui proses evolusi panjang sejak 150 juta tahun yang lalu. Cincin api itu terbentuk jauh sebelum manusia ada. Bahkan mungkin jauh sebelum perdebatan antara Allah SWT dengan para malaikat, tentang perlu tidaknya keberadaan manusia sebagai khalifah di Bumi.

Dari paparan di atas timbul pertanyaan, apakah bencana tsunami di beberapa tempat di Indonesia merupakan azab, musibah, ataukah bala  dari Allah SWT??

Menurut Nasaruddin Umar (Gurubesar Ilmu Tafsir UIN Jakarta) Di dalam Alquran, ketiga istilah tersebut dapat dibedakan. Azab lebih banyak digunakan untuk menyatakan siksaan dan hukuman Tuhan terhadap para pendosa dan orang-orang yang melampaui batas. Azab hanya ditujukan kepada para pendosa, sementara orang yang baik-baik luput dari azab itu. Sedangkan musibah dan bala lebih banyak digunakan untuk menyatakan ujian dan penderitaan kepada orang-orang, baik kepada para pendosa maupun kepada orang yang baik-baik. Perbedaan antara musibah dan bala hanya terletak pada skalanya. Musibah skalanya lebih besar dan lebih luas, sedangkan bala skalanya lebih terbatas dan umumnya bersifat personal. Sebab musabab musibah terkadang sulit dijelaskan karena lebih banyak bersifat makro dan akumulatif, sedangkan bala lebih banyak bersifat mikro dan kasuistik, misalnya kecerobohan seseorang berpotensi mendatangkan bala.

Menurutnya, dalam beberapa kasus memang agak sulit dipetakan secara skematis. Perilaku menyimpang dan dan perbuatan melampaui batas manusia sebagai makhluk mikrokosmos seringkali berbanding lurus dengan perilaku ganas alam raya sebagai makhluk makrokosmos. Alam raya memang telah ditundukkan (taskhir) untuk mengabdi kepada kepentingan manusia sebagai khalifah di bumi (khalaif al-ardl),akan tetapi alam raya sepertinya memberi syarat sepanjang manusia menjadi khalifah yang baik dan benar. Kapan manusia tidak lagi bersahabat dengan alam, bahkan merusaknya, maka alam pun tidak akan bersahabat, bahkan tidak segan-segan ''menghukum'' sendiri manusia itu.

Hubungan dialektis antara makhluk mikrokosmos dan makhluk makrokosmos banyak diuraikan di dalam Alquran. Antara lain misalnya
  1. Hujan yang tadinya pembawa rahmat (QS al-An'am/6:99), tiba-tiba menjadi sumber malapetaka banjir yang memusnahkan areal kehidupan (QS al-Baqarah/2:59).
  2. Gunung-gunung yang tadinya sebagai pasak bumi (QS al-Naba'/78:7), tiba-tiba memuntahkan debu, lahar panas, dan gas beracun (QS al-Mursalat/77:10).
  3. Angin yang tadinya mendistribusi awan (QS al-Baqarah/2:164) dan menyebabkan penyerbukan dalam dunia tumbuh-tumbuhan (Q.S. al-Kahfi/18:45), tiba-tiba tampil begitu ganas memorak-porandakan segala sesuatu yang dilalewatinya (QS.Fushshilat/41:16).
  4. Laut yang tadinya begitu pasrah melayani mobilitas manusia (QS al-Haj/22:65), tiba-tiba mengamuk dan menggulung apa saja yang dilaluinya (QS al-Takwin/81:6).
  5. Kilat dan guntur tadinya menjalankan fungsi positifnya, melakukan proses nitrifikasi (nitrification process) untuk kehidupan makhluk biologis di bumi (QS al-Ra'd/13:12), tiba-tiba menonjolkan fungsi negatifnya, menetaskan larva-larva betina (telur hama) yang kemudian memusnahkan berbagai tanaman para petani (QS al-Ra'd/13:12).
  6. Disparitas flora dan fauna tadinya tumbuh seimbang mengikuti hukum-hukum ekosistem (QS al-Ra'd/13:4), tiba-tiba tumbuh dan berkembang menyalahi keseimbangan dan pertumbuhan deret ukur kebutuhan manusia (QS al-A'raf/7:132).
Azab, mushibah, dan bala dalam Alquran memang ada. Azab yang merupakan siksaan yang ditujukan kepada umat-umat terdahulu yang melampaui batas, seperti

1)      Umat Nabi Nuh yang keras kepala dan diwarnai berbagai kedlaliman (QS al-Najm/53:52), dihancurkan dengan banjir besar dan mungkin gelombang tsunami pertama dalam sejarah umat manusia (QS Hud/11:40);

2)      Umat Nabi Syu'aib yang penuh dengan korupsi dan kecurangan (QS al-A'raf/7:85; QS Hud/11:84-85) dihancurkan dengan gempa yang menggelegar dan mematikan (QS Hud/11/94);

3)      Umat Nabi Shaleh yang kufur dan dilanda hedonisme dan cinta dunia yang berlebihan (QS Al-Syu'ara'/26:146-149) dimusnahkan dengan keganasan virus yang mewabah dan gempa (QS Hud/11:67-68).

4)      Umat Nabi Luth yang dilanda kemaksiatan dan penyimpangan seksual (QS.Hud/11:78-79) dihancurkan dengan gempa bumi dahsyat (QS Hud/11:82); penguasa Yaman, Raja Abraha, yang berusaha mengambil alih Ka'bah sebagai bagian dari ambisinya untuk memonopoli segala sumber ekonomi, juga dihancurkan dengan cara mengenaskan sebagaimana dilukiskan dalam surah Al-Fil (QS al-Fil/105:1-5).

Cara kerja azab Tuhan di dalam Alquran hanya menimpa kaum yang durhaka dan tidak menimpa atau mencederai orang-orang yang shaleh dan taat pada Tuhan. Sedangkan cara kerja mushibah dan bala tidak membedakan satu sama lainnya. Contoh adzab misalnya Nabi Nuh dan orang-orang taat yang menyertainya selamat dari terpaan banjir besar. Nabi Syu'aib dan pengikut setianya selamat dari amukan gempa yang menggelegar. Nabi Shaleh dan segelintir pengikut setianya selamat dari serangan wabah virus yang mematikan secara massal itu. Nabi Luth dan pengikut setianya juga terbebas dari bencana alam yang mengerikan itu. Demikian pula virus dahsyat yang dibawa oleh serangga Ababil hanya menghancur luluhkan pasukan Abrahah. Dalam riwayat, Abu Thalib, kakek Nabi yang menyaksikan bencana itu tidak ikut korban dalam bencana itu. Bentuk azab yang pernah menimpa umat terdahulu antara lain:

1)      banjir besar (mungkin ini gelombang tsunami pertama) seperti yang ditimpakan pada umat Nabi Nuh;

2)      bencana alam dahsyat berupa suara yang menggemuruh seperti yang ditimpakan kepada umat Nabi Syu'aib;

3)      tanah longsor dahsyat seperti yang ditimpakan kepada umat Nabi Luth;

4)      Virus hewan yang menular kepada manusia secara mengerikan, seperti yang menimpa umat Nabi Shaleh.

Menurut Prof Opitz,seorang ahli sejarah penyakit, kemungkinan virus ini virus anthrax karena gejalanya, sebagaimana disebutkan dalam hadits, hari pertama warna kulit mereka berwarna kuning, hari kedua berwarna merah, mungkin karena terjadi pendarahan yang hebat sehingga pori-pori mengeluarkan darah, dan hari ketiga berwarna hitam, mungkin karena empedu pecah dan seluruh cairan dalam tubuh berwarna hitam. Ujung hari ketiga virus ini bekerja pada sistem saraf termasuk sistem pendengaran, maka mereka mati bergelimpangan seperti mendengarkan suara yang amat keras.

Azab lain berbentuk bakteri yang mematikan dibawa oleh serangga sebagaimana ditujukan kepada umat pasukan Abrahah. Dalam Tafsir Al-Manar karya Muhammad Abduh, kata thair dalam surah al-Fil diartikan dengan serangga yang membawa virus dan kata al-hijarah min sijjil diartikan semacam zat yang mematikan. Cara kerja virus ini menurut Prof Opitz agak mirip dengan virus Ebola yang mengenaskan itu. Azab Tuhan sulit diprediksi dan tidak akan pernah bisa ditangkal oleh kekuatan manusia. Sedangkan musibah dan bala ada kemungkinan untuk diprediksi dan diupayakan penangkalnya, antara lain dengan bentuk doa sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW.

Dari uraian di atas bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa bencana tsunami memang pernah ada sejak dahulu, Peristiwa ini boleh jadi disebabkan oleh  berbagai kemungkaran yang dilakukan manusia itu sendiri sehingga mendapatkan azab/hukuman, atau juga bisa karena sebuah musibah/bala yang sengaja ditakdirkan oleh Allah SWT.  Banyak terjadinya tsunami di berbagai tempat di belahan bumi juga memberi sebuah “warning” jika zaman mendekati hari akhir…

Wallahu alam bi showab