Oleh: Era Findo el-Faqih
Dari buku Di Bawah Lindungan Ka'bah
Dari buku Di Bawah Lindungan Ka'bah
Kehidupan
itu laksana lautan: " Orang yang tiada berhati-hati dalam mengayuh
perahu, memegang kemudi dan menjaga layar, maka karamlah ia digulung
oleh ombak dan gelombang. Hilang di tengah samudera yang luas. Tiada
akan tercapai olehnya tanah tepi".
Iman
tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi. Namun ilmu tanpa iman,
bagaikan lentera di tangan pencuri (dari buku yang lain).
Tentang penulisan pada surat yang berbau cinta muda-mudi:
" Walaupun di dalam surat itu kita berusaha menghilangkan kata-kata yang rancu, namun tentulah pada akhirnya salah satu kata dalam surat itu terpaksa jua membawa arti lain. Sebab dalam perkara yang halus-halus anak perempuanlah yang amat dalam penyelidikannnya".
Cinta
itu adalah jiwa. Antara cinta yang sejati dan jiwa tak dapat
dipisahkan. Cinta pun merdeka sebagaimana jiwa. Cinta itu terkadang
mustahil. Tetapi kemustahilan itulah yang kerap kali memupuk rasa cinta.
Seseorang
yang terkena penyakit cinta, maka ia (seolah-olah) takut akan terkena
cinta itu. Itulah dua sifat dari cinta. Cinta itulah yang merupakan
(menyerupakan) dirinya menjadi sebuah ketakutan. Cinta itu kerap kali
berupa putus harapan, takut, cemburu, iba hati dan kadang-kadang berani.
(Namun) terkadang cinta itu hanya menurutkan perintah hati, bukan
perintah otak.
Emas tak setara dengan loyang. Sutra tak sebangsa dengan benang.
Karam rasanya bumi ini saya pijakkan. Gelap tujuan yang akan saya tempuh.
Bahwasanya air mata tiadalah ia memilih tempat untuk jatuh. Dan tak pula memilih waktu untuk turun.
Dahulu diriku telah berduka, sekarang berduka cita. Dan kelak agaknya akan terus berduka hati.
Cinta
itu adalah persaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia. Ia
(cinta itu) laksana setetes embun yang turun dari langit. Bersih dan
suci. Cuma tanahnyalah yang berlainan menerimanya. Ada kepada tanah yang tandus atau gersang. Dan ada pula kepada tanah yang subur.
Bahwasanya cinta yang bersih dan suci (murni) itu, tidaklah tumbuh dengan sendirinya.
Untung
dan bahagia sejati adalah jika kita tahu bahwa kita tidak hidup
terbuang di dalam dunia ini. Tetapi ada orang (lain) yang mencintai kita
(yaitu: Allah SWT, nabi SAW dan kedua orang tua kita).
Hanya menumpahkan air mata itulah kepandaian yang paling penghabisan bagi seorang wanita.
Satu hati lebih mahal dari pada senyuman. Satu jiwa lebih berharga dari pada sebentuk cincin.
Tidak
ada seutas tali pun tempat saya bergantung selain dari pada tali Engkau
( ya Allah). Tidak ada satu pintu yang akan saya ketuk, lain dari pada
pintu Engkau (ya tuhanku).
(Wahai
bundaku): " hidupmu yang tiada mengenal rasa putus asa. Kesabaran dan
ketenangan hatimu (dalam) menanggung sengsara. Dapatlah kiranya menjadi
tamsil dan ibarat kepada kami".