Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya
di antara tanda-tanda akan datangnya hari kiamat adalah: diangkatnya
ilmu, merebaknya kebodohan, merajalelanya perzinahan, merajalelanya
khamar, sedikitnya jumlah laki-laki, banyaknya jumlah wanita sehingga
limapuluh wanita dipimpin oleh satu orang laki-laki”. (HR. Bukhari)
Beliaupun. bersabda,
“Engkau akan melihat seorang laki-laki diikuti oleh empat puluh wanita,
yang tak lain hal ini disebabkan oleh sedikitnya jumlah laki-laki dan
banyaknya jumlah wanita”. (HR. Bukhari)
Juga
dalam riwayat lain disebutkan ketika Rasulullah Saw. ditanya oleh
malaikat mengenai kapankah terjadinya hari akhir, beliau menjawab, Tidaklah yang ditanya lebih tahu dari pada yang bertanya.
Kemudian Rasul menyebutkan beberapa alamat hari akhir, yaitu: seorang
budak wanita melahirkan majikannya dan manusia saling bermegah-megahan
dalam membangun.
Beberapa
hadits yang disebutkan di atas menggambarkan kepada kita mengenai
keadaan kaum wanita menjelang hari akhir. Lalu yang menjadi pertanyaan
dan patut kita renungi sebagai kaum wanita adalah; telah tampakkah
keadaan-keadaan yang Rasulullah Saw. gambarkan tersebut di atas? Mari
kita lihat beberapa realita fenomena wanita di zaman sekarang ini.
Dalam
sebuah majalah yang bernama “The Economist” edisi Januari 2007
disebutkan bahwa Negara yang paling banyak populasi wanitanya, dimana
satu laki-laki berbanding seratus wanita adalah: 1. Uni Emirat Arab 214
pria per 100 wanita, 2. Qatar 206, 3. Kwait 150, 4. Bahrain 132, 5. Oman
128, 6. Arab Saudi. Adapun jumlah populasi satu laki-laki berbanding
seratus wanita tersedikit adalah: 1. Latvia 84 pria per 100 wanita, 2.
Estonia 85, 3. Ukraine 85, 4. Armenia 87, 5. Lesotho 87, 6. Lithuania
87, 7. Rusia 87.
Hal
ini membuktikan bahwa jumlah populasi wanita saat ini lebih banyak dari
pada pria. Bahkan hampir di seluruh Negara, jumlah wanita lebih banyak
dari pada pria. Hasil sensus tersebut menunjukkan bahwa hadits Nabi Saw.
di atas tentang ciri kiamat tersebut sudah terlihat bukti kebenarannya
di masa sekarang ini.
Mari kita tilik beberapa realita lainnya. Untuk zaman sekarang, sepertinya free sex
(perzinahan) sudah merupakan hal yang lumrah. Bahkan di beberapa
belahan dunia (baca:barat) perzinahan sudah menjadi kebiasaan bagi para
kaula muda. Menghabiskan malam di tempat-tempat hiburan malam,
gonta-ganti pacar, ikhtilath antara laki-laki dan perempuan sudah
menjadi kebiasaan bagi para kaula muda. Penyakit yang sangat berbahaya
ini ternyata telah menjamur ke belahan dunia lainnya (baca: timur). Yang
terkenal dengan sopan santun dan tata kramanya. Sebagai contoh, belum
hilang di telinga kita kejadian ITENAS, belum lagi kita dihebohkan
dengan adanya pesta seks yang dilakukan oleh beberapa siswa SMU di kota
Cianjur, yang melibatkan salah seorang guru. Dan masih banyak lagi
realita-realita yang menunjukkan bahwa free sex telah “membumi”. Hal ini sebagai salah satu indikasi bahwa kita telah mengalami keboborokan akhlak.
Ada
fenomena lain lagi yang mengindikasikan keboborokan akhlak manusia di
akhir zaman sesuai dengan sabda Nabi Saw. di atas. Bahwa, salah satu di
antara ciri kiamat adalah seorang hamba perempuan melahirkan tuannya.
Terdapat beberapa penafsiran para ulama mengenai maksud dari sabda
Rasulullah Saw. tersebut. Pertama, maksudnya adalah seorang anak menyetubuhi ibunya sendiri. Kedua, seorang anak memperlakukan ibunya seperti budak. Ketiga, durhaka anak terhadap ibunya. Keempat,
keadaan di atas menggambarkan kekacaun sosial dari segi moral. Dari
beberapa tafsiran di atas semuanya mengarah pada satu wacana yang sama,
yaitu di antara alamat hari akhir terjadi kekacauan akhlak pada diri
manusia, seperti perlakuan anak yang tidak layak kepada ibunya.
Fenomena
ini pun sepertinya sudah terjadi tren bahkan sudah mengakar di kalangan masyarakat saat ini. Berapa
banyak kita dengar pembangkangan seorang anak terhadap orang tuanya.
Sampai-sampai mereka rela melayangkan tangannya untuk membunuh orang
tuanya sendiri ketika ada keinginan yang tidak dipenuhi. Belum lagi
sering kita dengar pula kata-kata kotor terucap kepada mereka ketika ada
keputusan yang tidak sesuai dengan kehendak hati. Dan masih banyak lagi
bentuk-bentuk perlakuan seorang anak yang tidak layak ia lakukan kepada
orang tuanya, khususnya pada ibunya.
Fenomena di atas, seharusnya bisa menjadi ibro/pelajaran yang berharga bagi kita, khususnya kaum wanita, bahwa kejadian-kejadian tersebut bukan
hembusan-hembusan kabar semata tapi realita kehidupan sekarang ini. Mari
kita mulai mengaca diri kita masing-masing, bahwa wanita bisa menjadi
penyebab dominan dari berbagai fenomena dekadensi moral yang terjadi
saat ini. Hal ini bisa kita lihat dari lebih banyaknya populasi wanita
dari pada pria di muka bumi ini yang menjadi yang ternyata menjadi
potensi negatif dari lahirnya dekadensi moral.
Maraknya terjadinya perzinahan disebabkan oleh para wanita yang tidak mampu menjaga izzah dirinya. Seandainya semua wanita mampu menjaga izzah dirinya dengan tidak bertabarruj
baik dalam berpakaian maupun berhias, menutup aurat, berbicara dan
bersikap dengan tegas di hadapan lawan jenis, tidak memakai parfum yang
menyengat ketika pergi keluar dan masih banyak lagi wasilah-wasilah yang
diajarkan Islam demi menjaga izzah seorang wanita. Apabila semua
wanita memiliki persepsi yang sama, bahwa kecantikan dan segala bentuk
keindahan yang Allah Swt. berikan bukan untuk dipamerkan dan
dibanggakan. Niscaya perzinahan tidak akan terjadi!
Banyaknya populasi wanita harusnya lebih mampu untuk
menciptakan generasi-generasi yang hanif. Karena wanita memiliki satu
peran penting yaitu sebagai seorang ibu yang harus mendidik
anak-anaknya. Namun kenyataannya tidak, hal ini terbukti dengan
banyaknya anak-anak yang durhaka kepada orang tuanya, memperlakukan ibu
seperti memperlakukan pembantu, bahkan menyetubuhi ibu sendiri. Naudzubillah.....